Jumat, Februari 05, 2010

SENI BERINTERAKSI

Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar penciptaan manusia yang memikul amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan umat manusia untuk saling ta’awun, saling tolong menolong bagi tersebarnya nilai rahmatan lil ‘alamin Islam. Maka dalam hal ini, Islam hanya menganjurkan umatnya untuk ta’awun dalam kebaikan saja, dan tidak membenarkan umatnya untuk ta’awun dalam kejahatan (lihat QS Al Maidah: 2).

Oleh sebab itu manusia selalu memerlukan kepada orang lain untuk terus mengingatkannya, supaya kembali memakai kompas yang ada, supaya tidak tersesat jalan. Dan Allah swt. telah mengajarkan kepada umat-Nya bahwa peringatan sangat bermanfaat bagi kaum mukminin (lihat QS 51 : 55). Bahkan Allah swt menjadikan orang-orang yang selalu ta’awun dalam kebenaran dan kesabaran kedalam kelompok mereka yang tidak merugi dalam hidupnya. (lihat QS Al Ashr).

Umat Islam perlu mempraktekkan kembali prinsip ta’awun ini dalam kehidupannya, misalnya dengan melakukan hal-hal berikut:

  1. Dengan saling mengingatkan akan pentingnya mengisi waktu secara maksimal untuk beribadah di bulan ini, atau saling membangunkan untuk menyantap hidangan sahur dengan mengetuk pintu tetangga atau via telepon, pager dan lain-lain.
  2. Mempergunakan sarana-sarana yang disyari’atkan Allah swt. untuk membina ta’awun, dengan membuka lebar-lebar pintu yang dapat mengundang kepada hal-hal yang menggembirakan hati orang lain dan dengan menutup segala pintu yang dapat mengundang perselisihan, apalagi perpecahan. Karena itu, Islam mengharamkan tindak penyebaran isu yang tidak ditopang dengan bukti-bukti nyata, demikian juga ghibah, namimah, berprasangka buruk dengan sesama, saling menghina dan merendahkan, memanggil orang dengan sebutan yang tidak pantas, memata-matai setiap gerak temannya ataupun merasa tinggi hati (lihat QS Al Hujurat : 11 – 12). Dalam kaitan ini ta’awun tidak akan mungkin terwujud dari hati yang tidak padu.
  3. Dan di antara perbuatan-perbuatan yang dianjurkan Islam untuk memperkuat ‘alaqah ijtima’iyyah (interaksi sosial) adalah:

a. Silaturrahim

Islam sangat menganjurkan silaturrahim antar keluarga, baik dekat maupun jauh, baik mereka mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua. Islam bahkan mengkategorikan tindak “pemutusan hubungan silaturrahim” sebagai dosa besar. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturrahim.” (HR Bukhari dan Muslim).

b. Memuliakan Tamu

Tamu dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat terhormat. Dan menghormati tamu merupakan salah satu indikasi iman seseorang. Rasulullah saw. bersabda: “…barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

c. Menghormati Tetangga

Demikian juga menghormati tetangga, ia merupakan salah satu indikator apakah seseorang beriman dengan benar atau belum. Rasulullah saw. bersabda: “… barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetanggana.” (HR Bukhari dan Muslim).

d. Saling Menziarahi

Rasulullah saw. sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qais bin Sa’ad bin Ubadah di rumahnya dan mendo’akannya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu serta rahmat-Mu buat keluarga Sa’ad bin Ubadah”. Beliau juga menziarahi Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim, Jabir bin Abdillah dan sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan bahwa ziarah memiliki nilai positif dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat.

e. Memberi Ucapan Selamat

Islam sangat menganjurkan perbuatan ini. Dan ucapan itu bisa dilakukan ketika acara pernikahan, kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa, menyambut lebaran dan lain-lain. Sedangkan sarana yang dipakai bisa disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa dilakukan dengan mengirim kartu ucapan selamat, atau mengirim telegram indah, atau pesan lewat pager, sms, e-mail, facebook, atau saling kontak via telepon atau sarana-sarana lain yang bisa dimanfaatkan.

f. Saling Memberi Hadiah

Hadiah meski sekecil apapun, sangat bernilai bagi si penerima. Ia dapat menumbuhkan rasa saling mencintai antara yang memberi dan yang menerima. Inilah yang diisyaratkan oleh sabda Nabi Muhammad saw.: “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.

g. Peduli dengan Aktifitas Sosial di Sekitarnya

Orang yang peduli dengan aktifitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi resiko yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan serta sikap apatis masyarakat, adalah lebih baik daripada orang yang pada asalnya sudah enggan untuk berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia lebih memilih untuk mengisolir diri dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak.

h. Memberi Bantuan Sosial

Islam sangat memperhatikan orang-orang lemah. Maka orang yang tidak terbetik hatinya untuk menolong kalangan ini, atau mendorong orang lain untuk melakukan amal mulia ini, dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama (lihat QS Al Ma-‘un: 1 – 3). Sedang memberi buka kepada orang yang berpuasa, Allah swt. akan menyediakan ganjaran seperti yang didapat oleh orang yang berpuasa itu (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa-i).

Dengan merealisasikan beberapa hal di atas, insya-Allah ta’awun akan dapat terbina, karena ta’awun baru akan dapat terealisasi apabila ada kesatuan jiwa. Dengan jiwa yang satu, akan tercapailah satu tujuan yang dicita-citakan. Allahu a’lam.


(dakwatuna.com)


Minggu, April 12, 2009

PROGRAM CSR PERUSAHAAN UNTUK KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN



Bismilahirahmanirahim,

Salah satu poin penting dalam tujuan pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang ditandatangani bangsa-bangsa di dunia adalah pengurangan angka kemiskinan. Targetnya sangat signifikan, yaitu setengah dari jumlah kemiskinan pada saat MDGs ditandatangani pada tahun 2000. Kesepakatan ini berlaku hingga 2015.

Kemiskinan memang menjadi problem serius yang membelit bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Ketimpangan ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, serta penguasaan aset-aset ekonomi oleh kalangan tertentu, adalah sebagian penyebab kemiskinan. Pertanyaannya sekarang, apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengurangi angka kemiskinan? Mampukah program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu solusi penting dalam upaya mereduksi angka kemiskinan?

Peran korporat sangatlah penting dalam mereduksi angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Diantaranya lewat program CSR. Namun program itu harus diarahkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Selain korporat, pemerintah juga punya kewajiban untuk mengatasi kemiskinan. "Tugas pemerintah adalah mengatasi kemiskinan dengan melakukan tindakan cepat. Sedangkan untuk jangka panjang menjadi tugas perusahaan untuk mengurangi angka itu dengan cara melakukan pemberdayaan". Pemberdayaan yang perlu dilakukan adalah dalam bidang ekonomi masyarakat. Ini bisa dilakukan karena perusahaan memiliki sejumlah keungggulan, seperti kompetensi, manajemen, teknologi, sumber daya manusia, dan finansial.

Jika ingin mengoptimalkan peran perusahaan dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran, maka perlu fokus pada pemberdayaan ekonomi. Bentuk pemberdayaan yang paling nyata dan langsung adalah kemitraan. Misalnya di sektor perkebunan lewat program Inti Plasma, pemberian kesempatan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjadi pemasok atau suplier. Kalau program pemberdayaan dilakukan secara sungguh-sungguh, maka akan menimbulkan multiplier effect yang besar. Semua bidang usaha bisa dikembangkan dengan model kemitraan. Yang diperlukan adalah keseriusan perusahaan untuk menjalankan program kemitraan dan pemberdayaan itu.


DANA CSR CUKUP BESAR

Program CSR sangat berpotensi untuk mengurangi angka kemiskinan dan penganguran, sebab dana CSR dari perusahaan, baik swasta maupun BUMN, cukuplah besar. Jika dana tersebut dikelola dengan baik, akan sangat efektif untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Dana CSR yang terkumpul dan dikelola dengan baik akan sangat efektif untuk mengurangi kemiskinan dan penganguran. Bahkan jauh lebih efektif dibandingkan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dijalankan oleh pemerintah.

Mengurangi kemiskinan dan penganguran adalah tugas semua pemangku kepentingan (stakeholder), yaitu pemerintah termasuk Pemda, perusahaan, masyarakat, akademiisi, dan lain sebagainya. Program ini akan efektif jika semua pihak duduk bersama tanpa ada kecurigaan. Yang selama ini terjadi, kurang adanya koordinasi diantara lembaga-lembaga tersebut. Setiap departemen pemerintah, punya program pengentasan kemiskinan. Namun tidak ada koordinasi yang jelas. Akibatnya mereka seakan berjalan sendiri-sendiri. "Kalau ada yang mengordinir, seperti perusahaan holding misalnya, maka hasilnya akan lebih efektif.

Ke depan peran pemerintah lewat APBN semakin menurun. Sebab kemampuannya pun terbatas. Yang akan membesar adalah peran swasta. Apalagi dengan adanya UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan pelaksanaan CSR, maka gerakan CSR akan makin membesar. Inti dari UU tersebut adalah bagaimana sektor swasta bisa lebih berperan dalam mengatasi berbagai masalah bangsa, termasuk kemiskinan dan penganguran. "Sebab pemerintah akan makin mengecil perannya. Adanya kenaikan harga minyak dunia saja sudah membuat pemerintah dan APBN kelimpungan. Jadi sangat naif jika kita hanya mengharapkan peran pemerintah saja".

Untuk mengurangi kemiskinan dan penganguran, yang perlu dilakukan adalah memberdayakan masyarakat. Ini akan lebih efektif dibandingkan hanya memberikan bantuan yang sifatnya sesaat. Yang dibutuhkan adalah pemberian akses kepada masyarakat tersebut. Ini kurang dilakukan pemerintah. "Pemerintah perlu beri akses kepada masyarakat di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Mereka harus dibantu untuk bisa mencari makan sendiri. Jadi jangan hanya diberi makan. Intinya adalah buatlah program-program pemberdayaan yang berkesinambungan".


Wallahu’alam bisshawwab,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Copyright ©2009-mustaqim.